Hakikat Wahyu.
Semakin lama manusia semakin cerdas. diiringi pesatnya teknologi,
perkembangan ilmu, kemampuan mengeskplorasi bumi, laut dan langit.
Semuanya itu membantu menyapu keraguan manusia akan hakikat wahyu. Bagi
manusia yang berpikir, eksistensi dunia gaib tak ubahnya dunia nyata.
bedanya eksplorasi dan pemahaman kita akan dunia gaib ini begitu
lambatnya disbanding dengan yang telah kita capai pada dimensi nyata.
Hipnotis kini adalah hal lumrah, yang mana orang berkemauan lebih kuat
dapat memaksakan kemauannya kepada orang yang lebih lemah, hingga si
lemah tertidur dan ia dikemudikan secara mudahnya oleh kehendak orang
yang menghipnotisnya. ini terjadi antara manusia, nah bayangkan begitu
mudahnya hal serupa terjadi antara Tuhan dengan mahluknya.Telepon,
televisi dan segala jenis alat komunikasi menjadi terealisir dengan
pemahaman manusia akan gelombang eter, frekwensi, satelit dsb.
Komunikasi dua orang yang terpisah laut dan gunung dapat berjalan
sedemikan lancarnya. apabila fakta ini menjadi biasa, maka komunikasi
antara Tuhan dan Nabinya jadi mudah dicerna dan diakui adanya.
Rasulullah SAW bukanlah manusia pertama yang mendapatkan wahyu, Allah
telah melakukan hal serupa kepada Rasul‐rasul sebelum beliau SAW,
Alloh SWt. Berfirman : “Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi‐nabi
yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada
Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus,
Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud. dan (kami telah
mengutus) Rasul‐rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul‐rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung“. (QS An‐Nisa’ [4] ; 163‐164)
Pengertian Wahyu
Menurut bahasa wahyu dapat berarti :
1. Ilham (Fitrah) bagi manusia seperti wahyu kepada ibunya musa. (Al-Qosos : 7 )
2. Ilham (Instink) bagi hewan seperti wahyu kepada lebah. ( An-Nahl : 68 )
3. Isyarat yang cepat, seperti yang di alami Nabi Zakaria. ( Maryam : 11 )
4. Bisikan dan godaan syetan ( Al-An’am : 112, 121 )
5. Sesuatu ( Perintah kepada para malaikat ). ( Al-Anfal : 12 )
Sedangkan wahyu menurut istilah adalah Kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabinya. Syeikh Muhammad Abduh dalam risalah tauhidnya,
mendefinisikan wahyu dengan : “Pengetahuan yang didapat seseorang dengan
penuh keyakinan bahwa itu datang dari Allah baik dengan atau tanpa
perantara.”
Ulama berpendapat tentang bagaimana malaikat jibril mendapat wahyu dari Allah berupa Al-Qur’an :
1. Jibril mendapatkannya dengan cara mendengar dari Allah dengan lafadz yang khusus
2. Jibril menghafalnya dari Lauhil Mahfuz
3. Jibril mendapatkan maknanya dan lafaznya dari jibril sendiri atau dari Muhammad SAW.
Al‐Wahyu adalah kata dalam bahasa arab yang artinya tersembunyi dan
cepat. atas dasar ini para ulama secara bahasa mendifinisikan wahyu
sebagai ” Apa yang dibisikkan ke dalam sukma, yang diilhamkan, dan
merupakan isyarat yang cepat yang lebih mirip pada sesuatu yang
dirahasiakan daripada dilahirkan; sesuatu yang dituangkan dengan cara
cepat dari Allah SWT ke dalam dada para nabi‐Nya. Wahyu merupakan
kebenaran yang langsung disampaikan Allah SWT kepada para nabi‐Nya.”
Allah SWT telah menerangkan dalam Alquran cara memberitahukan para
nabi‐Nya mengenai apa yang dikehendaki‐Nya, dengan firman‐Nya: “Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata‐kata
dengan dia kecuali dengan perantaraan Wahyu atau di belakang tabir atau
dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya
dengan se‐izin‐Nya apa yang Dia kehendaki…” (QS.42:51
Allah SWT telah menerangkan dalam Alquran cara memberitahukan para
nabi‐Nya mengenai apa yang dikehendaki‐Nya, dengan firman‐Nya: “Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata‐kata
dengan dia kecuali dengan perantaraan Wahyu atau di belakang tabir atau
dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya
dengan se‐izin‐Nya apa yang Dia kehendaki…” (QS.42:51).).
Dari kandungan ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah SWT menurunkan wahyu‐Nya kepada nabi dan rasul dengan tiga cara :
1. Allah SWT memberi pengetahuan dengan tidak memakai perantaraan.
Pengetahuan itu tiba‐tiba dirasakan seseorang dan timbul dalam dirinya
secara tiba‐tiba sebagai suatu cahaya yang menerangi jiwanya. Mimpi nabi
yang benar (sadiqah) termasuk dalam bagian ini. Wahyu yang seperti ini
telah diterima Nabi Ibrahim AS, yaitu tentang perintah Allah SWT untuk
menyembelih anaknya, Ismail AS. Hal ini juga terjadi pada diri Nabi
Muhammad SAW di masa permulaan turunnya wahyu.
2. Memperdengarkan suara dari belakang tabir dan nabi mendengar wahyu
dari belakang tabir itu. Hal ini diperoleh Nabi Musa AS di Bukit
Tursina (Gunung Sinai) dan Nabi Muhammad SAW ketika melakukan isra
mi’raj.
3. Mengutus Malaikat Jibril (sebagai pembawa wahyu), yang disebut
dalam Alquran sebagai ar‐Ruh al‐Amin atau Rohul Kudus. Dalam surah
asy‐Syu’ara ayat 192‐195 Allah SWT berfirman yang artinya:
“Dan sesungguhnya Alquran ini benar‐benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh ar‐Ruh al‐Amin (Jibril); ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang‐orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.”
Malaikat Jibril kadangkala mendatangi Muhammad SAW dengan menyerupai
seorang laki‐laki yang tampan. Di saat lain Jibril memperlihatkan
dirinya dalam bentuk yang asli, yang memiliki enam ratus sayap. Tak ragu
lagi Alquran memang menjadi fokus perhatian para Sahabat, Tabiin dan
generasi sesudahnya. Ini terbukti dari hasil penelitian mereka berkenaan
dengan Alquran. Hasil kajian mereka memang menjadi pilar‐pilar penting
yang jadi acuan kaum muslimin yang peduli terhadap interaksi dengan
Alquran karena kesadaran bahwa kalam Allah adalah cahaya benderang
petunjuk dan penuntun jalan kehidupan ini.
0 komentar:
Posting Komentar